Sebuah perspektif yang diterbitkan pada tanggal 13 November di Intelligent Computing, Jurnal Mitra Sains, berpendapat bahwa sistem kecerdasan buatan modern telah memenuhi visi Alan Turing selama puluhan tahun: mesin yang mampu belajar dari pengalaman dan terlibat dalam percakapan seperti manusia. Ditulis oleh Bernardo Gonçalves, seorang peneliti yang berafiliasi dengan Universitas São Paulo dan Universitas Cambridge, makalah tersebut meneliti keselarasan antara teknologi AI kontemporer dan ide-ide Turing, sambil menyoroti perbedaan utama.
Makalah ini menekankan bagaimana sistem berbasis transformator saat ini—meskipun membutuhkan banyak energi—berbeda dengan konsep Turing tentang mesin yang mengembangkan kecerdasan secara alami, mirip dengan proses pembelajaran anak-anak manusia. Gonçalves mencatat bahwa transformator, yang memberi daya pada model AI generatif saat ini, memberikan apa yang digambarkan Turing sebagai "bukti memadai" kecerdasan mesin.
Sistem AI modern telah memenuhi visi Alan Turing dengan belajar dari pengalaman dan lulus Uji Turing. Apakah ini berarti mereka mulai bertambah cerdas? (Kredit: SciTechDaily) |
Dengan memanfaatkan mekanisme perhatian dan pembelajaran skala besar, sistem ini kini unggul dalam tugas-tugas yang secara tradisional dikaitkan dengan kognisi manusia, seperti menghasilkan teks yang koheren, memecahkan masalah yang kompleks, dan terlibat dalam diskusi tentang konsep-konsep abstrak.
Evolusi AI dan Pengaruh Turing
"Tanpa harus melakukan prapemrograman atau trik khusus, kecerdasan mereka tumbuh seiring mereka belajar dari pengalaman, dan bagi orang biasa, mereka dapat terlihat seperti manusia dalam percakapan," tulis Gonçalves. "Ini berarti bahwa mereka dapat lulus uji Turing dan bahwa kita sekarang hidup di salah satu dari banyak kemungkinan masa depan Turing di mana mesin dapat menyamar sebagai apa yang bukan dirinya."
Baca Juga:
- Terobosan Baru: Pengisian Daya Kendaraan Listrik Terisi Penuh Hanya dalam 6 Menit
- Fakta Deforestasi Kelapa Sawit, Antara Kebutuhan dan Kelestarian
Pencapaian ini bermula dari konsep Turing tahun 1950 tentang "permainan imitasi," di mana sebuah mesin akan mencoba meniru manusia dalam percakapan jarak jauh, menipu hakim yang bukan ahli.
Uji coba tersebut menjadi landasan penelitian kecerdasan buatan, dengan pelopor AI awal John McCarthy dan Claude Shannon menganggapnya sebagai "definisi Turing tentang berpikir" dan "kriteria kuat" Turing. Budaya populer juga tidak dapat disangkal mencerminkan pengaruh Turing: komputer HAL-9000 dalam film Stanley Kubrick 2001: A Space Odyssey terkenal lulus uji Turing dengan mudah.
Namun, makalah tersebut menggarisbawahi bahwa tujuan akhir Turing bukanlah sekadar menciptakan mesin yang dapat menipu manusia agar berpikir bahwa mereka cerdas. Sebaliknya, ia membayangkan "mesin anak" yang dimodelkan berdasarkan perkembangan alami otak manusia—sistem yang akan tumbuh dan belajar seiring waktu, akhirnya menjadi cukup kuat untuk memiliki dampak yang berarti pada masyarakat dan alam.
Tantangan dalam Pengembangan AI Modern
Makalah ini menyoroti berbagai kekhawatiran tentang pengembangan AI saat ini. Sementara Turing menganjurkan sistem hemat energi yang terinspirasi oleh perkembangan alami otak manusia, sistem AI saat ini mengonsumsi daya komputasi dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan.
Selain itu, makalah ini menyoroti peringatan sosial Turing yang mendahului zamannya. Ia memperingatkan bahwa otomatisasi harus memengaruhi semua lapisan masyarakat secara setara, bukan hanya menggantikan pekerja bergaji rendah sambil hanya menguntungkan sekelompok kecil pemilik teknologi—sebuah isu yang sangat selaras dengan perdebatan terkini tentang dampak AI terhadap lapangan kerja dan kesenjangan sosial.
Ke depannya, makalah ini menyerukan pengujian AI ala Turing yang akan memperkenalkan musuh mesin dan protokol statistik untuk mengatasi berbagai tantangan yang muncul seperti kontaminasi dan keracunan data. Metode evaluasi yang lebih ketat ini akan memastikan sistem AI diuji dengan cara yang mencerminkan kompleksitas dunia nyata, yang sejalan dengan visi Turing tentang kecerdasan mesin yang berkelanjutan dan dipandu secara etis.
Namun sejauh itu, admin blog ini secara pribadi berharap bahwa mesin tetap tidak akan pernah menggantikan manusia. Karena jika hal itu terjadi, dunia akan mengalami banyak masalah.
10 Komentar
Agak serem gak sih kalau mesin mulai berpikir seperti kita? Saya agak takut kejadian kayak di film2 gitu di mana komputer berubah jadi monster bagi manusia wkwkwkwk
BalasHapusNah itu dia, sebenarnya hal itu sudah dikhawatirkan oleh para ilmuwan. Kita berharap saja itu tdk terjadi.
HapusAI sekarang sudah bisa berpikir seperti manusia ya, respon AI dalam menjawab chat juga makin bagus.
BalasHapusSekarang AI juga bisa untuk menulis blog ya. Atau jangan-jangan admin blog ini adalah AI..😱
wah kok mas Agus bisa tau ya... aku ini emang bnr AI loh mas.... orang-orang juga memanggilku dengan sebutan AI (alias Aa Iwan... 😂😂)
HapusApa jgn2 admin blog Agus Warteg jg ternyata AI... hmmm...
AI kini menjadi ancaman serius
BalasHapusSoal kekurangan pasti ada, tapi ya itu hampir mendekati manusia
Saya pun kini juga menggunankan AI, demi mengumpulkan informasi dan susunan kata atau kalimat
apa kita perlu mengancam balik nih mas? biar kapok mereka...
HapusKadang2 takut bila difikirkan....
BalasHapusUncle sih apa-apa pun selalu dipikirkan... jangan dipikirkan Uncle, nanti cepat tua, hihihihi...
Hapusjgn biarkan AI menguasai kita
BalasHapusmanusia yang ciptakan AI
jadi mengapa 'harus tunduk' dengan kelebihan yg AI ada?
Nah, setuju banget dengan pendapat mbak Anies
Hapus